PALU – Memasuki awal tahun 2025, sejumlah daerah di Provinsi Sulawesi Tengah mengalami curah hujan yang cukup tinggi.
Kondisi ini berpotensi meningkatkan risiko bencana hidrometeorologi seperti banjir dan tanah longsor, terutama di wilayah-wilayah yang rawan terdampak.
Baru-baru ini Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Sulawesi Tengah mengeluarkan data rangkuman yang mencatat sebanyak 40 kejadian bencana terjadi di berbagai daerah sepanjang Maret 2025.
Dari jumlah tersebut, bencana banjir mendominasi dengan 33 kejadian, disusul tanah longsor, abrasi pantai, serta banjir rob.

Adapun dua daerah dengan jumlah kejadian bencana terbanyak di Provinsi Sulawesi Tengah adalah Kabupaten Parigi Moutong dan Poso, masing-masing mencatat 7 kejadian.
Dari data BPBD Sulteng tercatat, di Parigi Moutong, mayoritas bencana yang terjadi adalah banjir, termasuk di Kecamatan Palasa, Tomini, Moutong, dan Taopa. Selain itu, terdapat banjir bandang di Palasa serta tanah longsor di Tinombo.
Sementara itu, di Kabupaten Poso, banjir juga menjadi bencana utama yang melanda Kecamatan Lore Barat, Poso Kota, Poso Pesisir Utara, dan Pamona Selatan. Selain itu, satu kejadian banjir disertai tanah longsor tercatat di Lore Barat.
Selain Parigi Moutong dan Poso, wilayah dengan kejadian bencana cukup tinggi adalah Tolitoli dan Buol, masing-masing mengalami 6 kejadian. Bencana di Tolitoli didominasi oleh banjir, sedangkan Buol mengalami satu kasus abrasi pantai di Kecamatan Lakea, selain beberapa kejadian banjir.
Daerah lainnya yang terdampak bencana pada bulan Maret meliputi Morowali Utara (4 kejadian), Sigi (4 kejadian), Banggai (3 kejadian), Donggala (2 kejadian), dan Morowali (1 kejadian).
Dengan tingginya angka kejadian bencana, masyarakat diimbau untuk tetap waspada, terutama di daerah rawan banjir dan tanah longsor. (*/awg)