PALU – Wacana pemerintah untuk memberlakukan libur sekolah selama satu bulan penuh saat bulan Ramadan 2025 disambut dengan antusias oleh masyarakat.
Kebijakan ini dinilai memberikan kesempatan bagi pelajar untuk lebih fokus menjalankan ibadah di bulan suci.
Rencana tersebut tengah menjadi perbincangan hangat di kalangan orang tua, guru, dan pelajar. Banyak yang menilai kebijakan ini akan mendukung pembentukan karakter spiritual anak-anak selama Ramadan, sekaligus mengurangi beban akademik di tengah bulan penuh keberkahan.
Wacana pemerintah akan meliburkan sekolah selama satu bulan penuh saat bulan Ramadan tahun 2025 disampaikan oleh Wakil Menteri Agama Muhammad Syafi’i.
Dia membeberkan bahwa memang ada wacana untuk kembali menerapkan kebijakan yang sempat diterapkan di era Prsiden ke-4 RI, Abdurahman Wahid alias Gus Dur.
“Heeh, sudah ada wacana,” kata Wamenag Muhammad Syafi’i (Romo Syafi’i) singkat saat ditemui di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (30/12) dikutip dari laman resmi Kumparan.com
Untuk diketahui libur sebulan pada masa Ramadan bagi sekolah dan kampus sudah pernah diterapkan di Indonesia. Dalam masa libur tersebut juga dimanfaatkan dengan kegiatan-kegiatan keagamaan misalnya pesantren kilat.
Menurut sejarah, libur diterapkan pada zaman kolonial Belanda dan Orde Lama.
Pada era Orde Baru ditiadakan, lalu berlaku lagi pada era Presiden Gus Dur. Lalu ditiadakan lagi hingga kini. Selama libur sebulan, sekolah bisa memberlakukan pesantren kilat.
Terkait wacana tersebut Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar angkat bicara. Dia menegaskan wacana itu masih akan dibahas lebih lanjut.
“Sebetulnya, warga Kementerian Agama khususnya di pondok pesantren itu sudah libur [saat Ramadan]. Tetapi sekolah-sekolah yang lain juga masih sedang kita wacanakan, tetapi ya nanti tunggulah penyampaian-penyampaian,” ujarnya Senin (30/12) malam.
Ia juga menekankan bahwa libur panjang atau tidak, yang paling penting adalah kualitas ibadah di bulan Ramadan. (*/awg)