Menggali Aspirasi Anak Muda, Komunitas Suaramuda Gelar Diskusi Interaktif

by Tim Redaksi
0 comment

DONGGALA – Komunitas Suaramuda (@suaramuda.clb) bekerja sama dengan Ikatan Mahasiswa dan Pelajar Banawa Donggala (@imawa_donggala) melakukan kegiatan diskusi intensif bertajuk “Aspirasi Muda Donggala untuk Sulawesi Tengah” yang diselenggarakan di Cafe Net, Banawa, Donggala.

Diskusi ini bertujuan untuk mengidentifikasi permasalahan publik yang dirasakan oleh kaum muda dan masyarakat secara umum di daerah Donggala. Komunitas Suaramuda menyadari bahwa dengan melakukan pencermatan pada masalah di tingkat kota/kabupaten, kaum muda dapat melakukan bargaining terhadap kebijakan publik pada masa yang akan datang.

Dalam diskusi tersebut, terdapat pula alternatif solusi yang ditawarkan sebagai bentuk keseriusan dua komunitas ini untuk terus memberikan sumbangsih terbaiknya bagi kebijakan publik yang berpihak pada pemuda dan masyarakat, khususnya Donggala.

Dalam diskusi ini mencuat tiga masalah dasar yang dibahas, yaitu terkait sedikitnya ruang pengembangan kemampuan SDM pemuda, minimnya keseriusan Pemda dalam menangani berbagai masalah kesehatan, dan kurangnya fasilitas penunjang untuk olahraga.

Yusril selaku Ketua IMAWA Donggala menegaskan perihal pentingnya pengembangan SDM bagi pemuda di Donggala. Dia mencontohkan soal tersingkirnya pekerja asli Donggala di unit Dermaga Donggala yang baru diresmikan karena tidak bisa bersaing dan beradaptasi dengan SOP pekerjaan di dermaga tersebut.

“Selain itu permasalahan yang tak kalah penting adalah angka stunting yang masih sekitar 30%, padahal kita di Donggala adalah daerah penghasil ikan yang tinggi, ironisnya masih banyak yang mengalami gizi buruk,” bebernya.

Terakhir, Yusril menyampaikan tentang ketidakseriusan Pemda dalam membina atlet muda daerah dimana masih memegang prinsip sekedar “ikut saja” dalam perhelatan PORDA tanpa ada kesiapan yang matang bagi para diasporanya.

Sejalan dengan Yusril, Alfin Faiz selaku penggerak dari komunitas Suaramuda menyampaikan poin kritisnya terkait ketimpangan yang ada di Donggala. Alfin mencontohkan bagaimana tambang galian C atau galian pasir yang ada di sepanjang jalan poros (Palu – Donggala) di satu sisi memberikan keuntungan bagi pengusaha namun di sisi lain memberikan dampak buruk bagi kesehatan warga di sekitarnya.

Alfin menambahkan bahwa akar masalahnya adalah ketidakmampuan Pemerintah Daerah untuk melibatkan para pemuda kritis yang dapat memberikan kajian atau catatan kritis terhadap setiap kebijakan atau fenomena sosial yang terjadi.

Forum tersebut diakhiri dengan kesepakatan simpulan berupa seruan bagi Pemda, baik di tingkat kota/kabupaten maupun provinsi untuk dapat mengedepankan evidence based policy dengan mengupas tuntas root problem pada setiap masalah dengan melibatkan secara aktif pemuda kritis.

“Sebagai pemuda, kita perlu langkah berani untuk menuntut hak publik kita kepada pemerintah setempat, ayo bergerak dan terus mengkritisi setiap kebijakan dengan tetap menghadirkan alternatif solusi untuk Donggala dan Sulteng yang lebih baik kedepan,” tutup Alfin. (*/awg)