Pembina Lingkungan dan Konservasi Berbasis Adat di Sulteng Raih Penghargaan Kalpataru dari KLHK RI

by Tim Redaksi
0 comment

PALU –  Rukmini Paata Toheke, seorang pembina lingkungan dan konservasi berbasis adat di Sulawesi Tengah menerima Penghargaan Kalpataru Tahun 2024 dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia yang turut dihadiri Wakil Gubernur Sulawesi Tengah Ma’mun Amir.

Kegiatan tersebut secara resmi dibuka oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Siti Nurbaya di Ruang Auditorium Gedung Manggala Wanabakti, Jakarta, pada Rabu (05/06).

Turut mendampingi wagub, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Sulawesi Tengah Yoppy Patiro serta Kadis Lingkungan Hidup Kabupaten Sigi.

Pada kesempatan itu, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Siti Nurbaya menyampaikan penghargaan ini merupakan bentuk penghargaan dari pemerintah dan menjadi amanah bagi penerima untuk tetap meningkatkan upaya-upaya yang sudah dilakukan.

Kalpataru bertujuan untuk memotivasi dan mendorong kepeloporan penerima dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup dan kehutanan, dengan harapan dapat meningkatkan peran stakeholder/masyarakat dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.

Sementara itu,  Wagub Ma’mun Amir mengucapkan terima kasih kepada Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia yang telah memberikan penghargaan tertinggi di bidang lingkungan hidup dan kehutanan yang telah dianugerahkan sejak 41 tahun lalu, tepatnya dimulai pada tahun 1980.

Ia pun mengajak semua stakeholder untuk terus bersinergi melestarikan fungsi lingkungan hidup di Sulawesi Tengah.

Dilansir dari laman resmi menlhk.go.id, adapun 10 Penerima Penghargaan Kalpataru 2024 sebagai berikut. Empat penerima untuk kategori perintis lingkungan yaitu, Adolof Olof Wonemseba (Papua Barat), dengan kegiatan konservasi Karang Kima; Infirmus Abi (NTT), dengan kegiatan Konservasi Sumber Daya Air; Sururi (Jateng) yang mendapat julukan Profesor Mangrove; dan Komang Anik Sugiani (Bali) yang fokus pada penanganan sampah.

Pada Pengabdi Lingkungan ada Idi Bantara, yang merupakan Kepala BPDAS Way Seputih Lampung dengan collaborative managementnya telah berhasil menangani koflik sekaligus mengajak warga untuk berkebun alpukat sieger.

Tiga penerima Kalpataru untuk kategori penyelamat lingkungan yaitu Masyarakat Hukum Adat (MHA) Punan Batu Benau Sajau Kalimantan Utara; Kelompok sadar wisata (Pokdarwis) bekayuh baumbai bebudaya, sebagai pelestari pesut mahakam; dan Kelompok Tani Hutan (KTH) Wanapaksi (Yogyakarta) melalui kegiatan konservasi air, burung, dan karst.

Sementara, dua penerima Kalpataru ketegori pembina lingkungan yaitu Dindin Komarudin, pendaur ulang sampah dari Jakarta dan Rukmini Paata Toheke, seorang pembina lingkungan dan konservasi berbasis adat di Sulawesi Tengah. (*/awg)