PALU – Kasus Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) merupakan salah satu isu yang masih terus gencar untuk di tangani di berbagai daerah, tak terkecuali di Provinsi Sulawesi Tengah.
KPA Sulteng mencatat di tahun 2023 tercatat ada sebanyak 3.846 kasus HIV, adapun Kota Palu turut menjadi wilayah penyumbang kasus HIV tertinggi.
Berkaitan dengan upaya penanggulangan HIV/AIDS, YLBH Apik Sulawesi Tengah, selaku SSR (Sub-Sub Recipient) program penanggulangan HIV melaksanakan Case Conference, Rabu (8/5) bertempat di Hotel Santika Palu.
Kegiatan ini turut melibatkan Komisi Penanggulangan AIDS Kota Palu, Dinas Kesehatan Kota Palu, DP3A Kota Palu, Dinas Pariwisata Kota Palu, dan Dinas Koperasi, UMKM, dan Tenaga Kerja Kota Palu, serta 8 Puskesmas di wilayah kota Palu.
Digelarnya kegiatan ini bertujuan untuk melakukan sinkronisasi program pencegahan HIV yang dilakukan YLBH APIK Sulteng dengan dinas-dinas dan layanan kesehatan di wilayah administrasi kota Palu, antara lain penyuluhan dan deteksi dini HIV di lingkungan kerja, serta melakukan penyeragaman materi kampanye digital HIV lintas sektoral.
Hal ini merupakan salah satu upaya dari YLBH Apik Sulteng untuk menghadapi salah satu tantangan utama terkait penyebaran infeksi HIV, yaitu masih beredar informasi hoaks sehingga masyarakat mudah melakukan stigma dan diskriminasi pada ODHIV.
Direktur YLBH Apik Sulteng, Nining Rahayu berharap dengan adanya kegiatan ini masyarakat bisa lebih aware terkait isu HIV.
“Harapannya masyarakat bisa lebih aware terkait isu HIV. Karena masyarakat memegang peranan penting untuk berpartisipasi dalam upaya pencegahan dan mendukung pengobatan bagi ODHIV (Orang Dengan HIV/AIDS),”ujarnya.
Nining menambahkan kegiatan tersebut juga merupakan bagian dari gerakan 3 Zero (Nol penyintas baru, Nol kematian akibat HIV/AIDS dan Nol stigma serta diskriminasi akibat HIV/AIDS) yang harapannya dapat menjadi upaya untuk mengakhiri pandemik AIDS di Indonesia pada 2030 sesuai apa yang ditargetkan oleh Kemenkes RI.
“Jauhi virusnya, bukan orangnya,” tutup Nining (Dhea)