SIGI – Hannah Asa Indonesia menggelar kegiatan edukasi literasi keuangan melalui pelatihan peningkatan kapasitas kelompok perempuan binaan Forest Programme III Sulawesi, di Desa Oo Parese, Kecamatan Kulawi Selatan, Kabupaten Sigi, Senin (19/02/2024).
Kegiatan tersebut diadakan dengan kerja sama Indonesia Jerman melalui Balai Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan (BPSKL) wilayah Sulawesi.
Sedangkan pelatihan diikuti 20 masyarakat Desa Oo Parese yany berasal dari Kelompok Wanita Tani (KWT) Mawar Melati.
Pelatihan dipimpin langsung oleh founder Hannah Asa Indonesia, Mardiyah, ST, AWP, QWP dan diikuti perangkat Desa Oo Parese.
Mardiyah menjelaskan, tujuan pelatihan adalag membuat KWT Mawar Melati dapat mengolah usaha secara efektif dan efisien, mengukur dampak bisnis dari sisi ekonomi, sosial dan lingkungan, dapat menghitung Harga Pokok Produksi (HPP), serta dapat bersaing di era digitalisasi.
“Harapan saya dalam menjalankan program ini yaitu ingin membangun kemandirian kelompok perempuan pasca triple disaster & covid-19 melalui literasi keuangan, sehingga dengan adanya pelatihan mereka mampu meningkatkan rasa percaya diri untuk berperan dan berpartisipasi aktif dalam memecahkan masalah, mampu menopang ekonomi keluarga dan mengelola keuangan keluarga seperti menyisihkan dana pendidikan sehingga bisa menyekolahkan anak ke jenjang lebih tinggi,” kata Mardiyah.
Kordinator Pertanian Kecamatan Kulawi Selatan, Alfonso Wahyudi, S.P, mengatakan, Hannah Asa Indonesia memberikan ilmu dan pengetahuan terlebih dalam hal keuangan.
“Pelatihan ini sangat membantu dalam mengatasi masalah-masalah keuangan KWT Mawar Melati,” sebut Alfonso.
Alfonso berharap, Hannah Asa Indonesia dapat menjangkau kelompok masyarakat lain di wilayah Kulawi Selatan.
“Sehingga ibu-ibu rumah tangga yang tergabung dalam kelompok usaha dapat lebih maju untuk mengatur tata kelola usaha yang baik dan dapat berguna bagi kelangsungan hidup di masa yang akan datang,” harapnya.
Ketua KWT Mawar Melati, Elvy, mengaku, seluruh anggotanya antusian mengikuti pelatihan yang digelar Hannah Asa Indonesia.
“Sebelumnya kami hanya tahu bertani dan yang penting panen, kami tidak tahu menetapkan harga hasil panen yang akan dijual sehingga kami tidak tahu untung atau tidak,” ujar Elvy.
Ia berharap, kelompoknya dapat menerapkan ilmu keuangan yang diberikan di tempat usaha dan rumah tangga. (*/Nasrullah)