PALU – Coffe shop merupakan tempat yang menyediakan beragam jenis minuman berbahan dasar kopi.
Tempat ini sangat digandrungi anak muda khususnya di Kota Palu, Sulawesi Tengah.
Karena banyak peminat, bisnis coffee shop akhirnya menjamur di Bumi Tadulako.
Salah satu masyarakat di Palu yang menggeluti bisnis ini adalah Sabda Tarotrinarta, panggilan akrabnya Taro.

Ayah dua anak ini memiliki bisnis coffee shop yang diberi nama Kopi Taro.
Bisnis Taro berdiri di Lorong Sawerigading, Jalan Swadaya, Kelurahan Tanamodindi, Kecamatan Mantikulore.
Dahulu, Taro bekerja sebagai dosen di Universitas Tadulako. Mulai mengajar pada akhir 2014.
“Pertama awal mengajar itu saya membantu salah seorang dosen, karena mata kuliah yang dipegangnya banyak, makanya dia bagikan ke saya,” ungkap Taro saat ditemui Kamis, 8 Februari 2024 malam waktu setempat.
Sebelumnya, Taro mengajar sebagai asisten dosen di Universitas Bina Nusantara dan Mercubuana pada 2013 hingga 2014.
Pada medio 2019, Taro memutuskan untuk berhenti berkarir sebagai dosen dan memilih fokus untuk mengurusi bisnis kopinya, saat itu beralamat di Jalan D.I Pandjaitan.
Alasan Taro berhenti menjadi tenaga pendidik beragam, salah satunya penghasilan kala itu dianggap belum bisa mencukupi masa depannya.
Kecintaannya terhadap kopi dimulai sejak 2010 kala ia masi sibuk mengurusi salah satu organisasi di Jakarta dan tengah berkuliah S1 di Universitas Hasanuddin Makassar.
Guna menambah uang jajan dan ongkos pulang kampung, Taro bekerja paruh waktu sebagai barista di salah satu coffee shop depan Mercubuana.
“Kopi itu saya ibaratkan sebagai cincinnya saturnus, kalau tidak ada cincinnya berarti itu bukan saturnus,” tutur Taro.

Jika waktu diundur jauh sebelumnya, ternyata Taro telah akrab dengan kopi sedari kecil.
“Waktu SD saya mulai diminta bikin kopi untuk bapak, masuk SMA saya sering minum kopi saset dan saat kuliah, ada dua senior saya selalu minta dibikinkan kopi. Tidak mau minum kalau bukan kopi buatanku, padahal kopi saset,” kenang Taro.
Hal inilah yang akhirnya memantapkan Taro mengambil keputusan banting setir dari dosen menjadi pebisnis coffee shop.
Taro mengaku, ilmu S1 san S2 nya lebih banyak diterapkan pada bisnis coffee shopnya lewat program “Ngopi Sampai Pintar”.
“Akhirnya saya bisa menciptakan ruang belajar baru yang lebih merdeka ketimbang mengajar di dalam ruang kelas,” ucapnya.
Ia juga menambahkan, lebih senang pada bisnis coffee shop ketimbang pekerjaan sebelumnya menjadi dosen.
Meski telah memiliki karyawan, Taro kerap beraksi di balik bar menyeduhkan kopi untuk pelanggannya. (Nasrullah Adyaksa Malonda)