PALU – Beberapa hari lalu, masyarakat di Kota Palu, Sulawesi Tengah (Sulteng) digemparkan dengan isu siomay tikus.
Isu itu dibuat dan disebar oleh akun @sifaadam_, hingga kemudian viral dan tersebar di grup WhatsApp.
Akun tersebut menemukan diduga daging tikus. Jika dilihat sekilah tampak memiliki bulu berwarna hitam.
Pemilik akun adalah penggemar siomay. Mendapati hal itu, @sifaadam_ sontak terkejut.

Beberapa hari berselang tepatnya pada Jumat, 19 Januari 2024, pemilik akun meminta maaf di Mapolresta Palu.
Dalam permintaan maafnya itu, disebutkan bahwa narasi siomay yang diduga daging tikus tidak benar atau hoax.
Hal tersebut dikatakannya merugikan pedagang siomay di Palu.

“Saya menyatakan terkait video yang saya buat dan telah viral dan saya menyatakan narasi yang saya buat tidak benar,” kata wanita pemilik akun Instagram.
Ia juga sekaligus meminta maaf kepada salah satu pedagang siomay Mas Budi yang berjualan di Jalan Nokilalaki.
Ternyata, isu siomay tikus bukan kali pertama terjadi di Sulteng. Pada pertengahan 2023 lalu, isu ini viral di Kabupaten Morowali.
Saking viral di medias sosial, polisi sampai turun tangan mengecek ke lokasi ditemukan siomay diduga menggunakan daging tikus.
Jika dilihat, siomay yang diduga menggunakan daging tikus di morowali itu sekilas serupa dengan temuan di Palu.

Tampak, siomay di morowali yang viral itu di dalamnya terdapat bulu yang didominasi warna putih.
Polisi di Morowali tidak main-main, sebanyak tiga orang turut diperiksa lantaran viralnya isu tersebut.
Ketiga orang itu adalah wanita pembeli siomay, pembuat video, dan orang yang memviralkan video.
Tidak tiga orang itu saja, polisi sampai memeriksa pedagang siomay di sekitar lokasi siomay diduga gunakan daging tikus.
Alhasil, kasus siomay daging tikus itu sampai saat ini belum dapat diketahui kebenarannya.
Polisi menduga isu siomay viral di Morowali itu tidak benar atau hoax.
Beberapa peneliti pernah meneliti produk, dalam hal ini adalah baso di Jakarta.
Dari hasil penelitian yang dilakukan Anna Priangani Roswiem dan Triayu Septian pada Jurnal Kedokteran YARSI 26 pada 2018, ditemukan baso yang mengandung daging tikus.
Kedua peneliti ini mengambil enam sampel dari pedagang baso atau mie baso, dan pedagang jajanan yang berjualan di sekitar Universitas Yarsi Jakarta.
Dengan menggunakan metode SDS-PAGE, peneliti menemukan satu sampel terbuat dari daging tikus.
Terdapat dua sampel yang terbuat dari campuran daging sapi dan tikus. Tiga sampel lainnya tidak ditemukan daging tikus. (Rendy Zulkarnaen)