Mahir Belajar Bahasa Isyarat Dengan Komunitas Bisindo Sulteng

by Tim Redaksi
0 comment
Mahir Belajar Bahasa Isyarat Dengan Komunitas Bisindo Sulteng

PALU – Komunitas Bahasa Isyarat Indonesia (Bisindo) Sulawesi Tengah (Sulteng) dapat membantu masyarakat agar mahir berbahasa isyarat. Bahasa tersebut tercipta dari budaya teman tuli atau biasa disebut dengan tunarungu.

Bisindo Sulteng terbentuk pada 2019 lalu pasca bencana alam menghantam kota Palu dan sekitarnya. Komunitas ini bertujuan membantu teman tunarungu agar dapat berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat.

Komunitas Bisindo Sulteng saat ini diketuai oleh wanita cantik bernama Iin Dwi Lestari. Wanita 34 tahun ini juga adalah penyandang difabel yakni tunarungu.

Saat Iin ditemui di salah satu pusat jajanan serba ada atau Pujasera di Palu, Rabu, 26 April 2023, pukul 16.00 WITA, penyandang tunarungu kerap mereka sebut juga sebagai teman tuli.

Kerjasama Pokja Opdis Sulteng, Gerkatin, HWDI, PPDI, Pertuni dan ASB Indonesia and The Philipine. Foto : Gerkatin

Iin menjelaskan, terdapat dua bahasa isyarat yakni Bisindo dan Sistem Bahasa Isyarat Indonesia (Sibi). Sibi kerap digunakan pada sekolah formal. Namun yang sering digunakan penyandang tunarungu adalah Bisindo.

Menurutnya, Bisindo dipilih lantaran lebih mudah dipahami dalam berkomunikasi oleh penyandang tunarungu, karena bahasa isyarat ini tercipta dari kebiasaan.

“Susunan kata di Sibi kadang sulit untuk dipahami. Bisindo lebih mudah dipahami karena bahasa isyarat ini dibuat oleh kita sendiri,” jelas Iin.

“Kalau Sibi diciptakan teman dengar untuk digunakan di sekolah,” jelasnya kembali.

Sebelum dilanda bencana alam 2018 silam, komunitas yang telah memiliki lebih kurang 70 anggota ini sangat aktif mengadakan pertemuan di Taman Bumi Nyiur Jalan Katomso dan Lapangan Vatulemo untuk mengajarkan bahasa isyarat kepada penyandang tunarungu dan teman dengar.

“Di Bisindo tidak hanya ada teman tuli, tapi ada juga dari teman dengar. Kita kumpul untuk tingkatkan kemampuan bahasa isyarat maupun menciptakan bahasa isyarat baru,” terang Iin.

Namun kini, pasca bencana alam 2018 dan Covid-19, Bisindo Sulteng belum membuka kelas belajar bahasa isyarat. Karena tidak memiliki sekretariat, para anggota Bisindo berkumpul dari rumah ke rumah.

Komunitas Bisindo Sulteng ternyata tidak berjalan sendiri. Mereka berdiri di bawah naungan organisasi Gerakan Kesejahteraan Tunarungu Indonesia (Gerkatin) Sulteng.

Wakil Ketua Gerkatin Sulteng, Artha Uli Hutajulu, menuturkan, pada bulan Ramadan 2023, Gerkatin bersama Bisindo menggelar kegiatan bagi takjil di Taman Gor Palu.

Berlian Artha Uli H ikut sebagai perwakilan kelompok kerja organisasi penyandang difabel di Global Platform for Disaster Risk 2022 di Bali. Foto : Gerkatin

Ia berharap, pemerintah peka terhadap kebutuhan para penyandang tunarungu di Palu maupun Sulteng.

“Tanyakan kepada kami, kebutuhan kami itu apa. Karena hanya kami sendiri yang tau kebutuhannya kita,” harapnya.

Iin, Artha dan penyandang tunarungu lainnya kesusahan dalam mencari pekerjaan.

Lantaran hal itu, Artha berencana mencari pekerjaan di kota Manado untuk mengedukasi tentang Alkitab menggunakan bahasa isyarat.

Sedangkan Iin mengaku masih terus mencoba agar dapat menjadi guru bahasa isyarat.

Mereka juga berharap, pekerja di kantor pemerintahan bagian pelayanan umum turut mahir berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat.

“Minimal salah satu staff bisa bahasa isyarat. Urus KTP dan BPJS saja kita susah karena staff tidak bisa bahasa isyarat,” harap Artha.

Jika kalian tertarik ingin belajar bahasa isyarat, dapat menghubungi salah satu anggota Bisindo Sulteng di nomor WhatsApp 0822-9248-7851.***