Situs Cagar Budaya Banua Oge, Bangunan Peninggalan Raja Palu

by Tim Redaksi
0 comment
Situs Cagar Budaya Banua Oge, Bangunan Peninggalan Raja Palu ke Tujuh

PALU – Banua Oge merupakan bangunan peninggalan raja Palu. Difungsikan sebagai rumah sekaligus pusat pemerintahan.

Banua Oge adalah bangunan peninggalan raja (Magau) Palu, Jodjokodi. Bangunan ini dikenal masyarakat setempat dengan berbagai nama seperti Banua Mbaso dan Souraha.

Nama-nama itu diambil dari bahasa daerah suku Kaili. Banua artinya rumah, Oge diartikan agung, Mbaso artinya besar, dan Souraja adalah pondok raja.

Banua Oge memiliki luas bangunan 32×11,5 meter persegi dan berdiri dilahan lebih kurang satu hektare. Dibangun oleh Jodjokodi sekitar tahun 1892 atau abad 19.

Peninggalan raja Palu ke tujuh ini, dijadikan pemerintah provinsi Sulawesi Tengah sebagai situs cagar budaya.

Banua Oge berlokasi di Jalan Pangeran Hidayat, Kelurahan Lere, Kecamatan Palu Barat, Kota Palu.

Kini, situs cagar budaya itu dirawat oleh salah satu turunan ke lima raja (Magau) Palu, Mehdiantara, SH. Lelaki ini telah merawat peninggalan itu selama lebih kurang 15 tahun.

“Sudah hampir 15 tahun terakhir mencoba memperhatikan dan merawat salah satu peninggalan leluhur,” sebut Mehdi saat ditemui soalpalu.com, Senin, 13 Maret 2023, sore.

Tidak heran, bangunan itu memiliki ruangan seperti kamar keluarga, kamar raja, dapur, tempat penyimpanan, kamar mandi, sumur, ruang tamu, dan ruang benda pusaka.

Kamar raja (Magau) Palu. Foto : Rendy/soalpalu

Uniknya, Banua Oge ternyata memiliki akses penghubung kamar raja dan kamar keluarga. Saat ini, istilah akses penghubung dikenal dengan sebutan conecting door.

Banua Oge juga ternyata memiliki dua lantai. Lantai dua bangunan itu terdapat ruangan gadis.

Menurut Mehdi, tempat tersebut adalah tempat beraktivitasnya para gadis.

Bangunan peninggalan raja Palu ini didominask bahan dasar kayu jenis ulin dari pulau Kalimantan.

Telah direvitalisasi sebanyak dua kali yaitu pada 1983 dan yang terakhir pada 2022.

Memiliki 28 tiang rumah induk dan delapan tiang rumah dapur.

Ruang utama Banua Oge. Foto : Rendy/soalpalu

Sedangkan dibadan gerbang masuk Banua Oge dapat dilihat benda pusaka yaitu senjata tradisional suku Kaili, Guma, dan Kaliavo sebagai tameng.

Menariknya, Mehdi mengungkapkan, saat bencana alam melanda Palu pada 2018, Banua Oge tidak ikut diterjang Tsunami.

Padahal, letak berdirinya Banua Oge berada tidak jauh dari pantai.

Mehdi juga menyebutkan bahwa, Banua Oge dirancang tahan gempa bumi. Pasalnya, masyarakat suku Kaili sejak dulu telah hidup berdampingan dengan bencana alam.

Bahkan beberapa bencana alam telah diberi nama masyarakat suku Kaili, seperti Bomba Talu artinya ombak bersusun tiga, Nalingu atau Lingu artinya gempa, dan Nalodo diartikan likuifaksi.

“Alhamdulillah rumah ini saat bencana alam 2018 hanya miring saja sekitar delapan hingga 10 sentimeter,” terang Mehdi.

Perlu diketahui, Banua Oge didominasi warna kuning dan hijau. Warna itu miliki artinya masing-masing.

Kuning diartikan sebagai warna kebesaran dan hijau dimaksud dengan kehidupan dan kesuburan tanah Kaili.

Tertarik mengunjungi Banua Oge, klik lokasi ini : https://maps.app.goo.gl/orMtoeTHQY6N26eN7?g_st=ic

(Rendy)